Social Profiles

Pages

Friday 29 May 2015

12 Pesantren Siap Tampung Pengungsi Rohingya

12 Pesantren Siap Tampung Pengungsi Rohingya

 Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sedikitnya 12 pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat siap menampung pengungsi Rohingya, terutama anak-anak yang hidup sebatang kara karena terpisah dari orang tua dan familinya.
“Berdasarkan pendataan di lapangan, anak-anak pengungsi Rohingya di Aceh dan tempat lain banyak yang menjadi yatim piatu dan terpisah dari keluarga besarnya,” kata Kofifah seusai menjadi pembicara pada khataman putri di Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Desa Wonosari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jateng, Rabu (27/5).
Ia menuturkan bahwa mereka butuh pemulihan secara psikososial dan perlu mendapatkan hak asuh karena hidup sebatang kara. Oleh karena itu, perlu tempat yang memadai untuk menampungnya.
Menurut Kofifah, sebanyak 12 pondok pesantren yang siap menampung tersebut, antara lain, Pondok Pesantren di Malang, Pasuruan, Bojonegoro, Jatim, dan Sukabumi, Jawa Barat.
“Pesantren merupakan tempat penampungan yang dirasa cukup kondusif dan efektif bagi anak-anak tersebut,” ucapnya. Untuk kebutuhan penempatan kembali para pengungsi Rohingya, kata Kofifah, memerlukan waktu selama satu tahun. Setelah setahun, pihaknya mendorong komunitas internasional untuk bertanggung jawab terhadap nasib para pengungsi itu, seperti PBB dan negara-negara lain.
“Hal ini bukan menjadi tanggung jawab Indonesia saja, melainkan juga tanggung jawab dunia,” ujarnya. Ia sebutkan, dari 1.250-an pengungsi Rohingya, banyak yang terpisah dari anggota keluarganya, misalnya, sang istri berada di Aceh, tapi suami mengungsi di Malaysia.
Ia katakan, Kementerian Sosial berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk membicarakan reunifikasi (penyatuan kembali) para pengungsi ke keluarganya.

“Menlu Indonesia nantinya akan berkomunikasi dengan Menlu Malaysia mengenai hal ini,” tambahnya. Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab Tempuran, Said Asrori mengatakan pihaknya siap untuk menampung anak-anak pengungsi Rohingya. Di Pondok pesantren yang dikelolanya mampu menampung 500 santri.
“Kami siap menampung dengan jumlah yang kami tampung sekitar 50 orang,” katanya. Sementara itu, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, banyak anak yang kehilangan orang tuanya selama mereka berada di perahu berminggu-minggu, maka mereka akan ditampung di pondok pesantren untuk mendapatkan pendidikan.
“Anak-anak yatim piatu itu kita didik di pondok pesantren, karena pendidikan itu hak mereka. Khusus untuk anak-anak, karena yang sudah dewasa tentu akan ada penanganan dengan opsi yang berbeda,” ujar Menag di Wonosobo
Ia menuturkan pengungsi Rohingya tetap menjadi konsentrasi Pemerintah Indonesia untuk menyantuni mereka. “Jadi kebijakan presiden, Pemerintah Indonesia jelas ketika mereka sudah masuk wilayah Tanah Air maka demi kemanusiaan kita harus menyantuni mereka sebagai pengungsi, mereka harus kita ayomi. Hal itulah yang sudah dilakukan di Aceh,” terangnya.
Sementara itu, Reza Maulana dari Mahasiswa Peduli Keadilan (MPK) di Banda Aceh kemarin mengatakan, seluruh bantuan yang dikerahkan untuk pengungsi Rohingya di Aceh, penting dan mendesak. Tapi tidak boleh dilupakan hal lain yang jauh lebih penting, yakni memecahkan permasalahan yang terjadi di Myanmar agar gelombang pengungsi dari negara itu tidak terulang lagi di kemudian hari.
Dalam pernyataan sikapnya yang dikirimkan ke Serambi kemarin, MPK berpendapat, Indonesia sebagai negara demokratis serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, harus mengambil peran penting dalam penyelesaian kasus Rohingya tersebut.
Sejalan dengan itu, MPK mengutuk keras para pelaku pelanggaran HAM di belahan dunia mana pun, termasuk di Myanmar. Lembaga ini juga menuntut Pemerintah Myanmar menyelesaikan masalah Rohingnya hingga tuntas dalam waktu singkat.


MPK juga mendesak ASEAN untuk mencabut keanggotaan Myanmar, apabila terus melakukan pelanggaran HAM berat atau bersikap diskriminatif dan tiran terhadap muslim Rohingya.

0 komentar:

Post a Comment