This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Social Profiles

Pages

Saturday 30 May 2015

7 Pejuang GAM Paling Ditakuti



Setelah deklarasi Aceh Merdeka oleh Teungku Hasan di Tiro di Gunung Halimon, Pidie pada 4 Desember 1976, kita cukup banyak mendengar cerita-cerita heroik pejuang Gerakan Aceh Merdeka. Kita mendengar cerita keberanian, kebal peluru dan ilmu bisa menghilang. Keahlian ini yang membuat mereka sangat ditakuti oleh TNI dan disegani oleh masyarakat. Untuk mereka para pejuang GAM ini, masyarakat menyebutnya sebagai awak ateuh atau orang dari gunung, yang menunjukkan para pejuang GAM ini bergerilya di hutan-hutan Aceh. Ini beberapa pejuang yang namanya sempat berkibar di Aceh dan sangat dicari oleh aparat keamanan.

1. Surya Darma alias Robert
Tahun 90-an, Surya Darma atau Robert sangat terkenal di Aceh. Dia pejuang GAM yang sangat ditakuti dan diburu oleh aparat keamanan saat itu. Foto-fotonya bersama para pejuang GAM lainnya begitu mudah kita temukan di pos kamling. Dia gencar beraksi pada 1989-1992 di kawasan Aceh Timur dan Aceh Utara.

Tapi, siapa sebenarnya Robert? Dia merupakan putra Minang asli, yang lahir di Lampaseh, Banda Aceh, dengan nama Surya Darma. Pada tahun 1985, prajurit satu dari Batalyon 113 Kota Bakti, Pidie ini pernah dikirim oleh kesatuannya ke Timor Timur (kini Timur Leste) untuk memerangi pasukan Fretelin. 

Konon, sepulang dari Timor Timur, Robert membuat ulah memukul anggota Polisi Militer saat nonton di Bioskop Beringin. Atas ulahnya tersebut, Robert dihukum oleh komandannya dan sempat dititipkan di LP Sigli. Setahun kemudian, Robert kembali membuat heboh dengan membobol kas berisi uang kontan bernilai ratusan juta rupiah milik PT Arun. Karena terus bikin ulah, Robert akhirnya dikeluarkan dari dinas militer. 

Sejak lama Robert bersimpati pada perjuangan GAM. Ketika ditahan bersama tahanan GAM di sebuah sel di Batalyon 113 Kota Bakti, Robert melihat para pejuang GAM tetap Salat walau di penjara. “ABRI yang digaji pemerintah malah berjudi, minum minuman keras. Sejak itu saya tertarik dan terlibat dalam GAM. Banyak anggota ABRI juga bersimpati pada GAM,” kata Robert dalam sebuah wawancara dengan Majalah Forum Keadilan, 11 Januari 1999. 

Suatu kali, setelah memukul seorang Camat di Batee, Pidie, Robert bersama Arjuna berhasil meloloskan diri dari kejaran aparat. Dia pun memilih lari ke Malaysia. Pada Tahun 1993, Robert dihukum mati secara in absentia oleh Pengadilan Negeri Lhokseumawe. 

2. Arjuna 
Selain Robert, pejuang GAM yang namanya berkibar antara tahun 1989-1992 adalah Arjuna. Beda dengan Robert, Arjuna adalah eks Libya (1988-1989), dan dikenal sangat berani serta ahli merancang serangan. Dia pun termasuk intelektual GAM, jebolan dari Fakultar Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala. Tak heran, setahun setelah bergabung dengan GAM, Arjuna dipercaya menjadi komandan pasukan GAM Wilayah Pidie. 

Arjuna termasuk angkatan terakhir (1989/1990) yang dikirim berlatih militer ke Libya bersama Ahmad Kandang. Sementara angkatan pertama yang berlatih di Libya yaitu Muzakkir Manaf juga Ismail Syahputra, juru bicara ASNLF GAM yang diculik di Medan. 

Di dalam pasukan GAM, Arjuna dikenal dengan nama Rambo, tokoh film Hollywood dalam perang Vietnam. Ini wajar karena lelaki brewok ini sangat lihai dalam taktik perang gerilya. Dia masuk list aktivis GAM yang paling diburu aparat keamanan. Merasa tak aman terus berada di Aceh setelah terlibat pemukulan seorang Camat di Batee, Pidie, Arjuna meloloskan diri ke Malaysia tahun 1992. Di sana ia bekerja serabutan. 

Terakhir pada 1997, dia pulang ke Aceh. Ia masuk lewat Pelabuhan Peureulak Aceh Timur yang relatif sepi dari ingar bingar pergolakan. Ia kembali ke Bireuen sebentar, dan selanjutnya hijrah ke Bekasi. Ia memilih menjadi pedagang kelontong dan sayuran di Pasar Bekasi. Garis perjuangannya pun melunak. Terakhir ketika pulang ke Bireuen sekitar tahun 2001, Arjuna dieksekusi. Konon dilakukan oleh gerakan yang dulu pernah dibelanya. 

3. Ahmad Kandang


Nama aslinya Muhammad Rasyid. Tapi dia lebih dikenal dengan nama Ahmad Kandang. Pasalnya, ia lahir dan tinggal di Desa Meunasah Blang Kandang, Muara Dua, Aceh Utara. 

Akhir Desember 1998, Ahmad Kandang menjadi pentolan GAM paling dicari aparat keamanan. Ia dituding sebagai dalang pembunuhan sejumlah anggota ABRI. Hal itu pula yang mendorong ABRI (kini TNI) melancarkan Operasi Wibawa ’99 yang menjadikan Aceh sebagai medan perang. Sebagai operator lapangan, tak mudah bagi TNI menangkap Ahmad Kandang. Ia dilindungi oleh pasukan dan masyarakat Kandang. 

Ahmad Kandang dikenal sebagai Robinhood-nya Aceh. Pelaku utama pembobolan Bank Central Asia (BCA) Lhokseumawe pada Februari 1997 ini sangat dicintai masyarakat. Ia sering membagi rezeki kepada penduduk di kampungnya. Ini pula yang membuatnya selalu dijaga oleh masyarakat. 

Pada pertengahan November 1998, misalnya, saat sepasukan Brimob telah mengepung rumah Ahmad Kandang, mereka tak berani menembak panglima GAM Pasee tersebut karena di dalam rumah tempat persembunyiaan Ahmad ada ibu dan bayi. Warga bahkan membentuk pagar betis untuk melindunginya. Kesempatan itu digunakan oleh pejuang ini untuk kabur dan melarikan diri. 

Ahmad Kandang dikenal ahli perakit bom. Banyak bom yang dipasang untuk menghadang laju operasi TNI dibuat olehnya. Tapi, nasibnya tragis, karena dia meninggal karena bom yang dirakitnya meledak. Padahal, bom itu dia siapkan untuk menghadang iring-iringan TNI. 

4. Ishak Daud

Selain Ahmad Kandang, nama tokoh GAM yang juga paling diburu aparat keamanan adalah Teungku Ishak bin Muhammad Daud atau lebih dikenal dengan Ishak Daud. Penglima GAM Wilayah Peureulak ini punya postur tubuh tinggi-tegap. Wajahnya juga ganteng dan mirip bintang film India. 

Ishak lahir di Desa Blang Glumpang Kuala Idie, Kecamatan Idie Rayeuk, Aceh Timur pada 12 Januari 1960. Ia adalah anak pertama dari pasangan Muhammad Daud bin Tengku Basyah dan Nuriah. Semasa kecil, Ishak tinggal di lingkungan desa yang rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan. Ayahnya bekerja sebagai nelayan sedang ibunya berjualan kue. 

Merasa tidak pernah puas dengan kondisi itu, pada awal tahun 1984, pada usia 24 tahun, Ishak memutuskan merantau ke Malaysia. Di negeri jiran itu, Ishak Daud bekerja serampangan, sebagai kuli bangunan atau penjaga restoran. Karena tak tahan hidup seperti itu di Malaysia, Ishak Daud memutuskan merantau ke Singapore. Apalagi banyak orang Aceh di negeri singa itu. Sama seperti di Malaysia, Ishak Daud juga bekerja serabutan, dari buruh bangunan hingga sopir angkutan. Di Singapore pula Ishak Daud mulai mengenal Gerakan Aceh Merdeka, apalagi saat itu banyak aktivis Aceh Merdeka menggelar pertemuan politik. Praktis, selama bekerja di Singapore Ishak sering mengikuti pertemuan tersebut. Ini pula yang membuka wawasannya tentang sejarah Aceh. 

Pada Juni 1987, Ishak akhirnya disumpah oleh Tengku Abdullah Musa sebagai anggota GAM. Apalagi Hasan Tiro yang mengendalikan GAM dari Swedia butuh pemuda Aceh untuk dididik pendidikan militer dan dikirim ke Libya. Ishak Daud termasuk dalam rombongan 40 orang pemuda Aceh yang dikirim ke Libya. 

Sepulang dari Libya, Ishak Daud singgah di Singapore. Hanya 12 hari di sana, Ishak Daud pun memutuskan pulang ke Aceh melalui Pelabuhan Tanjung Balai. Dari sana ia naik bus dan kembali ke kampung halamannya di Idi Rayeuk. Awalnya dia bekerja sebagai pedagang Ikan dan diam-diam merekrut pemuda untuk terlibat GAM. 

Ishak termasuk tokoh pertama yang mengibarkan bendera Aceh Merdeka di SMA Idi Rayeuk, Aceh Timur pada 4 Desember 1989 setelah pengibaran bendera di Gunung Halimun, Pidie, yang dilakukan Hasan Tiro pada 4 Desember 1976. 

Pada 20 Mei 1990, Ishak Daud menyerang pos ABRI di Buloh Blang Ara, Aceh Utara. Dalam penyerangan itu, dua tentara dan seorang pelajar SMP meninggal. Kelompok Ishak Daud juga berhasil mengambil 22 pucuk senjata M-16 dan senjata jenis Minimi. Untuk ulahnya tersebut, Ishak Daud divonis 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Lhokseumawe. Sidangnya digelar di Sabang karena dalam beberapa persidangan sebelumnya, Ishak Daud selalu dielu-elukan oleh simpatisannya. Saat itu, Ishak disebut-sebut sebagai Kepala Biro Penerangan Aceh Merdeka. 

Namun, Ishak Daud hanya sempat menjalani hukuman dua tahun saja, karena pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, 21 Mei 2000, Ishak Daud dibebaskan. Ishak memutuskan kembali bergabung dengan GAM, posisi terakhirnya sebagai Panglima GAM Wilayah Peureulak-Teumieng. Ishak meninggal dalam sebuah penyergapan oleh TNI pada akhir tahun 2003.

5. Abdullah Syafie 

Teungku Abdullah Syafie atau Teungku Lah adalah Panglima GAM yang sangat karismatik, disegani kawan dan ditakuti lawan. Di kalangan pasukannya Teungku Lah dikenal sangat tegas namun sopan. Ia juga santun dan bersahaja. Saya merasakan kebersahajaannya ketika suatu kali menjumpainya di sebuah kampung di Glumpang Baro, Pidie. Dia sangat ramah. Saya disapanya ‘Aneuk Muda’. Selama tiga jam lebih saya duduk dan berbicara dengannya. Kebetulan Teungku Lah sedang beristirahat di kampung saya waktu itu. Rasa kagum saya pada sosok yang sangat dicintai pasukannya itu setelah beliau berceramah di masjid kampung saya. 

Abdullah Syafie
Teungku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM. Dia pernah menjabat sebagai Panglima GAM Wilayah Pidie, dan terakhir sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka seluruh Sumatera. Konon, lebih 20 tahun Teungku Lah memimpin gerilyawan GAM di kawasan Bireuen. 

Teungku Lah tidak mendapat pendidikan militer di Libya, seperti Arjuna atau Ahmad Kandang. Inilah yang membuatnya tidak begitu suka dengan penggunaan kekerasan dalam berjuang. Kekuatan senjata hanya untuk mempertahankan diri. Hal ini pula yang membuat Teungku Lah sangat dihormati oleh tentara musuh. 

Teungku Lah lahir di Desa Matanggeulumpang Dua, Bireuen. Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar agama di sejumlah Pesantren di Aceh. Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal 1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari sebelum Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimon). 

Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak terlihat dalam dunia teater bersama group Jeumpa. Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran. Mobilitas Teungku Lah tak terdeteksi. Orang Aceh menyebut Teungku Lah punya ileume peurabon (ilmu bisa menghilangkan diri). Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia pada 22 Januari 2002 di Jiem-Jiem, Bandar Baru, Pidie dalam sebuah penyergapan oleh TNI. Sang istri dan lima pasukannya ikut syahid dalam penyerangan tersebut. 

Sebelum meninggal, Teungku pernah membuat wasiat, “Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”. 

6. Abu Arafah 

Teungku Abdul Meuthalib atau yang lebih terkenal dengan Abu Arafah adalah Panglima GAM Wilayah Meureuhom Daya. Wilayah operasional GAM Meureuhom Daya dalam struktur wilayah Gerakan Aceh Merdeka meliputi Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, hingga Arongan, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat. 

Abu Arafah dikenal militan karena sering kali menyerang patroli TNI di Gunung Geureutee, Aceh Jaya. Dia sering-kali mengultimatun pasukan TNI agar tidak melintasi wilayah kekuasaannya, mulai dari Lhoong, Aceh Besar hingga Arongan. Setiap penyerangan yang terjadi terhadap TNI di lintasan pegunungan itu diklaim dilakukan oleh pihaknya. Suatu kali, pasukannya menyerang pasukan pengamanan bahan logistik TNI BKO Kecamatan Jaya yang mengakibatkan Prada Suprianto, anggota TNI dari Kesatuan 320/Siliwangi luka parah. 

"Kita memang mempersiapkan serangan itu, untuk mengingatkan mereka agar jangan menakali masyarakat," kata Arafah kepada media ketika itu. 

Abu Arafah juga mengajak TNI berperang secara terbuka dengan pasukannya. Pasalnya, setiap selesai kontak senjata dengan GAM, aparat TNI/Polri sering mengasari masyarakat. Namun, ajakan perang tersebut mendapat larangan dari ulama, apalagi seruan tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan. Para ulama cemas, karena Abu Arafah mengancam akan menyerang pos TNI jika tak mau meladeni ajakan berperang di lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk. 

"Kami menghormati dan menghargai imbauan ulama dan tokoh masyarakat itu sepanjang pihak TNI/Polri tidak mengganggu dan menindak masyarakat secara kasar," kata juru bicara AGAM Wilayah Meureuhom Daya, Abu Tausi, mewakili Abu Arafah. 

Abu Arafah meninggal dunia dalam kontak senjata dengan pasukan TNI di Aceh Jaya, pada 10 Oktober 2002. Panglima legendaris GAM Meureuhom Daya ini dikebumikan di kampung halamannya, Krueng Tunong, pada Jumat (11/10/2002) sore.

Sekalipun Abu Arafah meninggal, namun GAM Wilayah Meureuhom Daya tetap menyembunyikan informasi meninggalnya panglima yang sangat mereka hormati itu. Hal ini dilakukan agar tidak meruntuhkan mental para pasukan di lapangan. 

7. Saiful alias Cagee

Amiruddin atau Saiful alias Cagee bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 1998. Ketertarikannya bergabung dengan GAM setelah berkenalan dengan Mirik, Saiful alias Cage masih sebagai prajurit biasa di kamp 09 (kosong sikureung) Palu Beueh Awee Geutah. Saat itu, petinggi GAM di kawasan itu adalah Husaini Franco, Razali dan beberapa orang lainnya. Sekali pun masih baru dalam GAM, Cagee sudah dikenal sangat berani dan nekat. 

Cagee menjadi komandan operasi khusus pada tahun 2002, karena sangat senang bertempur. Pasukan ini dibentuk tahun 2001 oleh GAM Daerah III Batee Iliek. Pada tahun 2002 pula, Cagee membentuk kamp Gurkha di Gampong Darul Aman, Peusangan Selatan. Tapi karena kondisi makin genting, dia memecah pasukannya menjadi tujuh regu, dua di antaranya bernama regu Singa Bate (dengan komandannya Mirik) dan regu Geubina yang dikomandani oleh Obeng. Setelah CoHA, Cagee menyatukan kembali pasukannya di Gurkha, agar pasukan GAM tidak tersebar-sebar.  

Cagee yang dikenal pemberani ini pernah membanting stempel KPA Wilayah Bireuen di hadapan para petinggi GAM setelah mengusung Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh pada Pilkada 2012. Entah karena sikapnya tersebut, pada Jumat (22/07/12) Cagee ditembak mati di depan tokonya, Gurkha, di Matanggeulumpang Dua, Bireuen. 

Selain nama-nama di atas, sebenarnya, masih cukup banyak pejuang GAM yang legendaris dan ditakuti oleh TNI, seperti Ayah Muni (panglima operasi wilayah GAM Aceh Besar), Abu Hendon, panglima GAM Wilayah Deli yang meledakkan bom di kota Medan, atau Keuchik Umar, panglima GAM di Pidie. Ada juga Udin Cobra, komandan operasi GAM di Pidie yang dikenal sangat jago taekwondo, Pawang Rasyid yang namanya sangat dikenal di kawasan Geumpang dan Tangse, Rahman Paloh di Pasee yang pernah menembak pesawat tempur TNI dari pucuk pohon kelapa, Teungku Bari, komandan operasi GAM Batee Iliek, dan masih banyak lagi. Mudah-mudahan nanti kita punya waktu menulis tentang mereka secara panjang lebar, sebagai bagian dari mengingat mereka. [dikutip dari berbagai sumber]

Din Minimi Tolak Saat Diajak Eksekusi Dua TNI


UNTUK kesekian kalinya, Serambi berhasil menghubungi Nurdin bin Ismail alias Din Minimi pada Kamis (28/5) sore via handphone. Mantan kombatan GAM itu mengaku sehat bugar pascakontak tembak yang terjadi di Tangse, Pidie, Selasa (26/5) pagi.
Namun diakuinya, akibat kontak senjata itu empat anggotanya kembali terkena tembakan, tapi semuanya masih tetap hidup dan bugar. Dalam wawancara terbaru ini, Din Minimi lebih terbuka mengungkapkan setting kejadian ketika dua anggota TNI diculik dan akhirnya dibunuh di Nisam Antara, Aceh Utara, 23 Maret lalu. Berikut, kutipan wawancara Serambi dengan ayah tiga anak ini.
Apakah Anda menyaksikan saat dua anggota Kodim Aceh Utara dieksekusi pada 24 Maret lalu?
Tidak lihat, tapi saya ada di dalam kawasan itu waktu itu.
Apakah Ayah Mud ada melihat saat kedua TNI itu dieksekusi?
Ayah Mud juga tidak ada melihat karena saat itu Ayah Mud ‘diambil’ anggota saya. Abu Radak yang justru memerintahkan anggotanya untuk mengeksekusi TNI waktu itu. Tapi siapa anggota yang mengeksekusi saya tidak tahu, karena saya tidak ada di lokasi saat itu. Kalau saya tahu, pasti saya cegah.
Waktu TNI dieksekusi apakah Anda ada diajak?
Ada, kalau nggak mana mungkin saya tahu.
Waktu diajak, apa tanggapan Anda?
Saya bilang, TNI/Polri itu tidak ada urusan dengan kita. Kita berurusan sekarang dengan Gubernur, Wakil Gubernur, dan DPR Aceh, bupati, wakil bupati, juga DPR kabupaten. Tapi Abu Radak bilang, ‘Kita tembak saja TNI itu. Setelah diculik, untuk apa kita bawa-bawa, nanti mereka tahu tempat tinggal kita.’ Begitu kejadiannya. Tapi saya memang nggak membolehkan tembak TNI waktu itu dan saya tak sependapat dengan aksi penembakan itu.
Siapa nama asli Abu Radak?
Saya kurang kenal sama dia, karena baru kenal beberapa waktu lalu. Tapi nama sandinya, Abu Radak Pindad Matang Kubu. Dia tinggal di Lhokseudu.
Dia ditangkap polisi di luar atau saat dalam LP?
Di luar LP. Ditangkapnya di Lhokseumawe.
Kapan?
Setelah insiden eksekusi TNI waktu itu.
Pascakontak tembak di Tangse, Pidie, apakah Anda sehat?
Insya Allah sehat. Tapi anggota saya kurang sehat, empat orang anggota saya terkena tembakan.
Di bagian mana mereka tertembak?
Ada yang kena di betis, tangan, dan di dada samping. TNI/Polri memberondong kami pakai senjata minimi sekitar pukul 9 pagi saat kami baru selesai sarapan. Mereka berondong dari depan dan belakang.
Berapa meter jaraknya?
Sekitar 30 meter.
Apakah Anda balas?
Masa saat mereka tembak, tidak kita balas? Ya, kami balaslah. Kalau nggak, untuk apa juga kita pegang senjata?
Berapa senjata kelompok Anda yang disita?
SS 1 satu pucuk, AK 47 satu pucuk, GLM satu pucuk, dan sebuah granat. Termasuk peluru AK di rompi saya 500 butir lebih dan peluru SS 1 lebih kurang 1.000 butir.
Selain senpi, apa lagi?
Ada duit di kantong rompi saya itu.
Oh ya? Berapa?
Sebanyak 35 juta rupiah. Ada lagi buku tabungan BRI. Isinya lebih kurang 20 juta rupiah.
Dari mana Anda peroleh duit itu?
Dikasih kawan-kawan. Saya bukan perampok, saya menuntut keadilan untuk masyarakat Aceh, mantan kombatan GAM, fakir miskin, anak yatim, dan janda korban konflik. Duit itu baru dua hari sama saya. Rencananya mau saya berikan untuk keempat keluarga almarhum anggota saya yang meninggal. Masing-masing Rp 10 juta. Ya sekadar untuk membeli lembu pada hari kenduri seunujoh mereka nanti.
Sebelumnya Anda pernah kasih-kasih uang?
Pada hari mereka meninggal, ada juga saya titip duit untuk masing-masing keluarga almarhum 1 juta, untuk membeli kain kafan dan keperluan lainnya. Tapi apa boleh buat, duit saya yang 35 juta itu sudah diambil mereka (aparat yang menyergap -red).
Di mana posisi Anda sekarang?
Di dalam wilayah Provinsi Aceh. Tapi posisinya jangan tanya. Yang penting, saya di Aceh karena saya berjuang demi masyarakat Aceh, bukan untuk luar Aceh.
Berapa orang sebetulnya anggota Anda?
Anggota saya, di seluruh Aceh ada. Di mana saya tinggal, di situ ada anggota saya.
Apakah Anda akan tetap bertahan di Aceh di tengah gempuran yang kian gencar?
Tetap bertahan di Aceh, karena saya dan kelompok saya berjuang untuk masyarakat Aceh.
Danrem Lilawangsa menyebutkan ada berkomunikasi dengan Anda melalui seorang aktivis LSM. Benarkah?
Iya ada, saya selalu ada komunikasi dengan Danrem, makanya Pemerintah Aceh jangan lempar batu sembunyi tangan. Saya dengan Danrem, Dandim ada berhubungan, maka saya ingatkan Pemerintah Aceh kabulkan tuntutan saya.
Danrem mengajak Anda kembali menjalani hidup normal, apa tanggapan Anda?
Kalau memang sudah direalisasikan permintaan saya, maka saya akan menyerah. Senjata akan saya kembalikan dan anggota saya akan saya tunjukkan di mana berada.
Apa syaratnya Anda baru mau menyerah?
Kalau belum ada penyelesaian terkait permintaan saya, apa artinya perjuangan saya ini? Anggota dan kawan saya telah meninggal tertembak, padahal kami dengan TNI/Polri tak ada urusan, tak ada sangkut paut. Kami saat ini meminta gubernur, wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, DPR Aceh, dan DPR kabupaten/kota tolong selesaikan hak masyarakat Aceh sesuai tuntutan saya, yaitu hak mantan kombatan GAM, fakir miskin, yatim, dan janda korban konflik.
Berarti Anda tetap akan angkat senjata?
Saya tetap bertahan, kalau Pemerintah Aceh belum selesaikan permintaan saya ini, maka saya tetap bertahan. Kalau ingin mencari saya, carilah sekarang. Kalau memang saya sudah tidak ada lagi suatu saat nanti, maka pada saat itulah habis ceritanya. Tapi insya Allah, sampai saat ini Allah masih menyelamatkan dan melindungi saya. Meskipun TNI/Polri terus memburu saya, tapi jika belum ada kehendak dari Yang Mahakuasa, insya Allah saya masih tetap selamat. 

Mikel Arteta Berharap Bertahan di Arsenal


LONDON -- Gelandang Mikel Arteta berharap bisa bertahan bersama Arsenal. Meski sepanjang musim ini ia hanya tampil 12 kali bersama the Gunners.

Arteta mengungkapkan ia baru akan menekan perpanjangan kontrak dengan Arsenal pascafinal Piala FA pada pekan ini. "Saya akan membahas masa depan saya setelah final nanti. Ini menjadi musim yang aneh bagi saya sejak November lalu saya mengalami cedera saya," katanya kepada Sky Sports, Ahad (30/5).

"Saya punya beberapa kali kesempatan, namun ini sulit. Tapi saya telah belajar banyak. Tujuan saya adalah untuk berada di lapangan sebanyak yang saya bisa," tambahnya.

Ia mengaku kerasan berada di London. "Kami akan mengumumkannya setelah final," tutupnya.

Rooney Mengaku Beruntung Dilatih Van Gaal


MANCHESTER -- Wayne Rooney mengaku beruntung bisa menjadi anak didik pelatih Louis van Gaal. Kapten Manchester United ini pun membeberkan alasan mengapa ia menyanjung pelatih asal Belanda tersebut.

"Ini sangat menarik untuk memiliki kesempatan bekerja di bawah dia, ia telah menciptakan rekor dan dapat menunjukkan bahwa ia adalah seorang pelatih yang fantastis," kata Rooney, dilansir laman resmi klub, Sabtu (30/5).

Menurutnya, Van Gaal punya cara sendiri dalam melatih. Ia pun merasa tersanjung ketika ditasbihkan sebagai kapten.

Rooney berpendapat, Van Gaal berhasil membawa MU lebih baik musim ini. Datang ke Old Trafford menggantikan David Moyes yang dianggap gagal membesut Setan Merah, Van Gaal dinilai Rooney cukup berhasil membawa MU finish di urutan keempat musim ini.

Van Gaal, kata Rooney, datang dengan ide-ide baru, mengajarkan strategi bermain baru pada para pemain serta metode pelatihan baru. Diakui Rooney, awalnya mereka sedikit kesulitan dengan pola latihan yang diterapkan Van Gaal. Tapi perlahan-lahan, mereka bisa mengikuti arahan Van Gaal.

PBB: Solusi Pengungsi Rohingya adalah Kewarganegaraan

Puluhan imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Banglades berdoa usai melaksanakan shalat berjamaah di lokasi penampungan Imigrasi kelas I khusus Medan, Sumatera Utara, Jumat (29/5).
Asisten Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi yang bertanggung jawab dalam perlindungan, Volker Tusk mengatakan tidak akan ada solusi jika akar penyebab membanjirnya pengungsi Rohingya belum ditangani.
"Ini akan membutuhkan tanggung jawab penuh Myanmar terhadap semua rakyatnya. Pemberian kewarganegaraan adalah tujuan akhir," katanya.
Dengan begitu diharapkan tidak terjadi pembatasan kebebasan dasar minoritas Rohingya.
Namun, Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Myanmar Hit Linn membantah pernyataan Turk. Ia mengatakan Turk harus lebih banyak informasi. Ia juga menyatakan keraguannya apakah ada kerja sama di dalam ruangan tersebut.
"Saling tunjuk seperti ini akan meladeni banyak tujuan. Ini akan membawa kita kemana-mana," ujarnya.
Pertemuan ini diikuti perwakilan dari 17 negara yang secara langsung dan tidak langsung terkena dampak krisis migran. Amerika Serikat, Jepang dan pejabat dari organisasi internasional seperti badan pengungsi PBB dan organisasi Internasional untuk Migrasi.
Kata "Rohingya" tidak muncul dalam pertemuan tersebut setelah Myanmar mengancam akan memboikot pembicaraan jika hal itu terjadi. Kebanyakan delegasi menghindari penggunaan kata tersebut sejak awal pertemuan.
Hal itu dikarenakan pemerintah Myanmar tidak mengakui Rohingya sebaai kelompok etnis dengan alasan mereka merupakan orang Bangladesh. Namun, senada dengan Myanmar, Bangladesh pun tidak mengakui Rohingya sebagai warga negaranya.
Pemerintah Asia Tenggara sebagian besar telah mengabaikan masalah ini selama bertahun-tahun. Namun kali ini masalah tersebut menarik perhatian internasional di tengah meningkatnya pengawasan media dalam beberapa bulan terakhir.
Imigran dan pengungsi banyak mencurahkan keadaannya melalui media. Dalam banyak kasus, mereka mengaku membayar penyelundup ribuan dolar untuk pergi ke negara lain tetapi malah ditahan selama beberapa pekan atau bulan.

Bayi Berumur 8 Hari Ini Mengandung Janin

Janin dalam rahim (ilustrasi).
CHANGZOU -- Mengejutkan. Seorang bayi di Kota Changzou, Cina mengandung janin. Dokter pun langsung mengoperasi bayi yang masih berusia delapan hari itu.
"Sepertinya ada persoalan genetis sehingga janin itu tidak terpisah dan  tumbuh di perut saudaranya," ujar dokter seperti dilansir dariShanghaiist.com, Jumat (29/5).

Di dalam tubuh bayi, janin yang merupakan saudara kembarnya itu berubah menjadi tumor karena berada di posisi yang tidak seharusnya. Dokter pun harus mengangkat tumor itu dengan melakukan operasi sekitar dua jam. Saat diangkat, janin dengan ukuran 16 centimeter itu telah memiliki rambut.
Dokter menyatakan bahwa kondisi yang dialami bayi itu biasa dikenal dengan istilah Fetus in Fetu.

Akar permasalahan dalam kondisi itu adalah embrio yang gagal terpisah di kandungan sang ibu. Fetus in Fetu sangat langka ditemui. Perbandingan kasusnya sendiri mencapai 1: 500.000 kelahiran.

Jenderal Moeldoko: Kalau Mau Pakai Jilbab, Tinggal Pindah ke Aceh


Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, pihaknya mengakomodasi Wanita TNI yang menggunakan jilbab dalam melaksanakan tugas sebagai prajurit, namun penggunaan jilbab itu hanya diperuntukkan bagi Wanita TNI yang bertugas di Aceh.
"Aturannya sudah kita buat. Tak ada larangan. Kalau mau pake jilbab, tinggal pindah ke Aceh. Selesai persoalan," kata Panglima TNI menanggapi pernyataan salah satu prajurit Wanita TNI saat memberikan pengarahan kepada 1381 hadirin yang terdiri dari prajurit TNI, PNS, dan Dharma Pertiwi serta Komando Garnisun Tetap (Kogartap) III/Surabaya, di Kodam V Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Menurut Moeldoko, permasalahan itu tak perlu didiskusikan kembali karena sudah tertuang dalam peraturan Panglima TNI.
"Prinsipnya, kita tidak kaku. Kita akomodasi. Kalau mau pake jilbab bertugasnya di Aceh. Kalau ada yang berminat, tinggal ajukan saja ke atasannya," ujarnya.
Dalam tanya jawab itu, salah seorang prajurit dari Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) meminta penjelasan dari Panglima TNI tentang penggunaan jilbab bagi Wanita TNI.
"Dalam ajaran Islam, pemakaian jilbab diwajibkan. Apakah Wanita TNI bisa menggunakan jilbab dalam melaksanakan tugasnya?. Kalau ada aturannya, wanita TNI juga menginginkan menggunakan jilbab," kata prajurit wanita itu.

Glok Lihat Dua TNI Dieksekusi

Glok Lihat Dua TNI Dieksekusi
Kepolisian Resor (Polres) Lhokseumawe yakin bahwa Zulkarnaini alias Glok (28), warga Pulo Meuria, Kecamatan Geurudong Pase, Aceh Utara yang menyerahkan diri ke polisi setempat pada Kamis (28/5) sore, merupakan kelompok Din Minimi. Ia bahkan mengaku terlibat langsung menculik Panglima Muda Komite Peralihan Aceh (KPA) Pase, Mahmudsyah alias Ayah Mud (48) pada Minggu, 22 Maret 2015.
Yang juga mengagetkan adalah pengakuannya menyaksikan langsung saat rekan-rekannya mengeksekusi dua intel TNI dari Kodim 0103 Aceh Utara, yakni Sertu Indra dan Serda Hendri pada Selasa, 24 Maret 2015, di kawasan Nisam Antara, Aceh Utara.
“Glok juga terlibat dalam kasus penculikan Mualidin alias Makwo (25), warga Geulumpang Sulu Barat, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara pada Minggu, 15 Februari 2015, dan sejumlah tindak kriminal lainnya,” beber Kapolres Lhokseumawe, AKBP Cahyo Hutomo, melalui Kabag Ops Kompol Isharyadi, di Lhoksumawe, Jumat (29/5) sore.
Selain mengaku sebagai anggota komplotan Din Minimi, saat menyerah Glok juga memperlihatkan beberapa koleksi fotonya selama di hutan sedang memegang senjata api laras panjang. Teman-temannya yang sudah duluan ditangkap pun mengakui bahwa Glok benar sebagai anak buah Din Minimi. Semua fakta dan pengakuan itu, membuat Kapolres Lhokseumawe yakin bahwa Glok yang barusan menyerahkan diri benar sebagai anggota komplotan Din Minimi.
Kompol Isharyadi juga menyampaikan pengakuan Glok (glok dalam bahasa Aceh maknanya cangkir -red) bergabung pertama kali dengan kelompok Din Minimi pada Februari 2015 di kawasan Kuta Makmur, Aceh Utara.
Setelah dua anggota TNI “gugur” karena ditembak dan kawasan Nisam langsung dikepung TNI dan Polri, Glok pun melarikan diri ke Sigli, Kabupaten Pidie, bersama kelompoknya. “Dua pekan berada di Sigli, dia pun kembali lagi ke Geurudong Pase. Saat pulang ke Geurudong Pase, Glok tidak membawa senjatanya. Itu sebab saat menyerahkan diri Kamis kemarin Glok tidak menyerahkan senjata,” kata Kompol Isharyadi, Jumat.
Kompol Isharyadi juga membeberkan awal kisah mengapa Glok mau menyerahkan diri. Mulanya, personel Polsek Geurudong Pase mendatangi rumah orang tua Glok untuk memberi tahu bahwa anaknya itu telah melanggar hukum sejak bergabung dengan kelompok Din Minimi. “Lalu orang tuanya pun meminta anaknya itu untuk menyerah dan Glok ternyata mau,” ujar Isharyadi.
Dengan menyerahkan diri secara sukarela, kata Kompol Isharyadi, maka dipastikan Glok akan diperlakukan secara baik-baik. Dalam proses hukum nantinya pun bakal ada keringanan. “Jadi, kami imbau kepada Din Minimi dan komplotannya untuk menyerahkan diri juga, mengikuti jejak Glok. Kami pastikan akan diperlakukan secara baik,” pungkas Kompol Isharyadi.
Sebelumnya diberitakan, Zulkarnaini alias Glok, mengaku kepada polisi sebagai anggota komplotan Din Minimi. Lalu warga Pulo Meuria, Kecamatan Geurudong Pase, Aceh Utara itu menyerahkan diri ke pihak Polres Lhokseumawe pada Kamis (28/5) sekitar 16.30 WIB.
Tapi baru sehari kemudian terkonfirmasi lebih detail rekam jejak (track record) Glok selama bergabung dengan Nurdin bin Ismail alias Din Minimi, mantan kombatan GAM yang pada masa damai ini pun masih mengangkat senjata.

Pengungsi Bangladesh Berulah di Pelabuhan Langsa


Usai Shubuh, sejumlah pengungsi asal Bangladesh nyaris berbuat ulah di lokasi penampungan Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam, Senin (25/05/2015).
Pantauan hidayatullah.com langsung di lokasi sekitar pukul 06.17 Wib, awalnya para pengungsi Bangladesh shalat Subuh berjamaah di halaman parkir selatan. Usai itu, mereka mendengarkan ceramah dari seseorang yang tampaknya digurukan.
Ceramah dilanjutkan dengan doa bersama. Dalam doa itu, sebagian jamaah menangis tersedu-sedu. Sementara sang pemimpin doa tampak berapi-api membacakan lafal demi lafal berbahasa Arab dan Myanmar.
Begitu bubar, mereka kembali ke barak, sekitar 50 meter sebelah timur tempat shalat. Belum juga semuanya masuk barak, tahu-tahu sebagian mereka tampak meributkan sesuatu. Perlahan, tensi keributan agak meninggi.
Hingga kemudian, beberapa orang pengungsi Bangladesh bergerak maju ke arah barak pengungsi Rohingya asal Myanmar. Barak Rohingya terletak sekitar 100 meter di sebelah utara barak Bangladesh.
Namun, pergerakan orang tadi langsung ditahan oleh kawan-kawannya. Sang penceramah tadi pun turun tangan, mencoba menenangkan saudara se-Tanah Air-nya.
Saat media ini mencoba meminta keterangan kepada ustadz berjanggut lebat itu, ia mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa.
La, la, la,” ujar pria yang masih berjubah itu dalam bahasa Arab plus isyarat tangan.
Melihat situasi demikian, seorang petugas polisi di depan barak Rohingya mendatangi kerumunan pengungsi Bangladesh. Setelah berkomunikasi dengan mereka, polisi bersepeda motor itu pergi. Lalu datang sejumlah petugas keamanan dari satpol PP dan seorang tentara. Petugas lain ada yang membawa tongkat kayu untuk jaga-jaga. Beberapa orang Rohingya tampak memperhatikan situasi dari depan barak mereka.
Komunikasi antara petugas dengan pengungsi Bangladesh kembali terjalin. Petugas tampaknya mengkhawatirkan mereka akan menyerang pengungsi Myanmar. Dengan campuran bahasa isyarat dan Inggris sekadarnya, orang-orang Bangladesih tadi disuruh tenang dan berbalik. Mereka pun, juga dengan bahasa isyarat, menyangkal akan melakukan kekerasan.
No, no, no!” ujar pria “yang digurukan” kepada petugas, maksudnya tidak ada perkelahian.
Saat awak media ini turut mengajak mereka untuk tenang, mereka pun tersenyum. Sebagian bahkan langsung membicarakan soal sarapan. “Makan, makan!” ujar beberapa pria Bangladesh dengan logat asing.
Gara-gara Air Panas
Berdasarkan informasi yang dihimpun hidayatullah.com, keributan singkat tadi dipicu masalah sepele, yaitu air panas.
Water hot, water hot,” ujar sebagian mereka dalam bahasa Inggris ala kadarnya, dengan maksud minta air panas kepada petugas.
“Air panas di tempat mereka habis. Mereka minta jatah. Orang Bangladesh memang begitu. Kalau dibiarkan bisa-bisa tukang masak air (di dapur umum) disikat,” terang seorang petugas yang menutupi namanya.
Keributan berakhir sekitar pukul 06.30 Wib setelah mereka berembug. Petugas pun mengantar tiga orang Bangladesh mengambil air di dapur umum. Dapur ini terletak di samping barak Rohingya.
Seorang petugas keamanan setempat mengaku, kejadian seperti itu tidak sering terjadi. Selama ini, pengungsi Bangladesh memang dikenal agak susak dikontrol. Olehnya, di depan barak mereka dipasang pagar kawat polisi. Berbeda dengan pengungsi Muslim Rohingya. Hubungan antara dua kubu pengungsi itu tidak baik.*