Social Profiles

Pages

Wednesday 20 May 2015

Imigran Diserang Penyakit, 1 Meninggal

Imigran Diserang Penyakit, 1 Meninggal
Petugas membawa jenazah Resyek (35) imigran asal Bangladesh di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Mutia, Buket Rata Lhokseumawe, Selasa (19/5). Imigran gelap Bangladesh yang terdampar di Aceh bersama ratusan imigran Rohingiya Myanmar lainnya itu meninggal dunia akibat menderita sesak nafas (Dyspnea) dan Pneumonia infeksi paru paru, sementara sembilan jiwa warga Bangladesh lainnya yang sakit masih menjalani perawatan medis di rumah sakit setempat.
Imigran Myanmar dan Bangladesh yang ditempatkan di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, sejak beberapa hari terakhir diserang diare dan penyakit gesitris (gejala lambung atau maag) serta dehidrasi. Penyakit juga mendera imigran Bangladesh yang ditampung di bekas Kantor Imigrasi Blang Mangat Lhokseumawe, bahkan seorang di antaranya bernama M Rasyed (35) meninggal dunia.
Dari Langsa dilaporkan, hingga Selasa (19/5) pukul 12.30 WIB, jumlah imigran yang menderita penyakit diare (mencret) serta lambung atau maag, tercatat sudah 127 orang.
Informasi yang diterima Serambi dari petugas medis posko penampungan pengungsi Myanmar dan Bangladesh di Pelabuhan Kuala Langsa, Rusmala Rita menyebutkan, dari 127 pasien yang sakit khusus, 70 persen di antaranya menderita diare dan dehidrasi. Sedangkan 30 persen lainnya gejala lambung atau maag. Ini kemungkinan disebabkan saat mereka di laut, makan tidak teratur bahkan sama sekalii tidak makan pada waktunya.
Sedangkan di Aceh Utara, satu imigran asal Bangladesh atas nama M Rasyed (35) meninggal dunia di RSU Cut Meutia, Selasa (19/5) dini hari pukul 02.25 WIB akibat infeksi saluran pernafasan. Sedangkan 12 imigran lainnya baik dari Bangladesh maupun Myanmar masih dirawat di rumah sakit tersebut.
Kabid Pelayanan RSUCM, dr Abdul Mukhti menjelaskan, M Rasyed masuk rumah sakit, Minggu (17/5) pukul 20.45 WIB. Dua hari dalam perawatan, meninggal dunia.
Sementara itu 12 imigran yang masih dirawat di RSU Cut Meutia, 10 di antaranya berasal dari Myanmar sedangkan dua lainnya warga Bangladesh. “Sakit yang dialami 12 imigran tersebut ada mencret, kekurangan gizi, dan juga penyempitan otot kaki,” kata Abdul Mukhti.
Kasi Wasdakim Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Albert menyatakan, jenazah warga Bangladesh akan dibawa pulang ke negaranya. Berdasarkan hasil pendataan pihak Imigrasi terhadap 247 warga Bangladesh yang ditampung di bekas kantor Imigrasi kawasan Blang Mangat, tiga di antaranya memiliki paspor. Di paspor mereka sudah ada tanda kalau mereka telah masuk ke Malaysia. “Sedangkan warga Bangladesh lainnya memang tidak ada identitas apapun,” kata Albert.
Kesimpulan hasil pemeriksaan terhadap seluruh warga Bangladesh, mereka semua berniat hendak bekerja ke Malaysia dan masuk secara ilegal. Namun dalam perjalanan lewat laut, mereka ditipu tekong, di mana saat sampai di perairan Aceh Utara dikatakan sudah ke Malaysia dan tekong langsung pergi.
Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya, menyerahkan bantuan untuk imigran Bangladesh yang ditampung di bekas kantor Imigarsi kawasan Blang Mangat Lhokseumawe, Senin (18/5) sore. Wali Kota didampingi Sekda Lhokseumawe Dasni Yuzar, Wakil Ketua Komisi C DPRK Lhokseumawe M Hasbi SSos, dan Ketua PMI Lhokseumawe Muhammad AH.
Informasi lain menyebutkan, hasil pemutakhiran data oleh Imigrasi Langsa, jumlah imigran Myanmar dan Bangladesh yang ditampung di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa sebanyak 682 orang.
Kepala Imigrasi Kelas II Langsa, Maman Budiman SH, Selasa (19/5) mengatakan, hasil pemutakhiran data tercatat jumlah valid imigran Myanmar 257 orang terdiri 118 lelaki, 76 perempuan, dan 63 anak-anak. Sedangkan warga Bangladesh 425 orang.
Sedangkan di penampungan Aceh Tamiang, jumlah total imigran Myanmar dan Bangladesh sebanyak 47 orang, dengan rincian warga Myanmar 38 orang (12 perempuan dan 26 laki-laki) sedangkan warga Bangladesh 9 orang.
Sejak imigran Myanmar dan Bangladesh ditempakan di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, masyarakat yang tidak berkepentingan dilarang masuk khususnya ke dalam area pelabuhan. Kebijakan ini diberlakukan pihak terkait untuk menghidari penularan penyakit yang dibawa imigran.
Tim Media Center Posko Pengungsian Imigran Myanmar dan Bangladesh, Syafrizal, kepada Serambi, Selasa (19/5) membenarkan larangan masyarakat masuk ke area Pelabuhan Kuala Langsa. “Larangan masuk yang diberlakukan ini jangan ditanggapi negatif namun dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadi penularan penyakit,” kata Syafrizal.
Pegiat kemanusian di posko pengungsian imigran Myanmar dan Bangladesh di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, Selasa (19/5) melakukan pangkas dan cukur massal kepada imigran secara gratis. Relawan yang terlibat dalam aksi sosial tersebut di antaranya NGO Lokal Aksi Cepat Tanggap (ACT) Indonesia, LSM Rumah Zakat (RZ) Cabang Langsa dan Medan, FP2GB Langsa, dan Karang Taruna Langsa.
Tim ACT Indonesia, Fery C Vanova kepada Serambi mengatakan, kegiatan pangkas dan cukur massal ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pengungsi, terutama tentang kebersihan dan kesehatan mereka.
Koordinator Rumah Zakat (RZ) Cabang Langsa, Faisal, menjelaskan, pihaknya melakukan inisiatif pangkas gratis agar mereka terlihat bersih dan sehat. Selain itu RZ juga menyediakan tempat wuduk bagi pengungsi dan ikut menyalurkan sembako kepada pengungsi Myanmar dan Bangladesh.

0 komentar:

Post a Comment