Social Profiles

Pages

Thursday 21 May 2015

Lagi, 422 Rohingya Masuk Aceh

Lagi, 422 Rohingya Masuk Aceh

* Ditempatkan di Bekas Pabrik Kertas
LANGSA - Sekitar 422 imigran Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh yang terombang-ambing dalam sembilan kapal tongkang di perairan Aceh Timur diselamatkan oleh nelayan Julok dalam dua gelombang, Rabu (20/5) kemarin. Mereka ditemukan di perairan Julok sekitar 25 mil dari garis pantai kecamatan itu pada Rabu dini hari.
Menurut Syafrizal, Ketua Pemuda Desa Simpang Lhee, Kecamatan Julok, kepada Serambi, imigran pertama yang berhasil didaratkan kemarin berjumlah 102 orang, berasal dari tiga kapal tongkang. Mereka terdiri atas 26 perempuan, 46 laki-laki, dan 30 anak-anak.
Nelayan yang pertama menemukan para manusia perahu itu adalah Nurdin (61), warga Desa Simpang Lhee, Kecamatan Julok, Aceh Timur. Saat itu, Nurdin sedang menarik pukat. Terlihat olehnya sebuah kapal tongkang yang sedang terombang-ambing ditumpangi banyak manusia.
Melihat kondisi kapal yang hampir tenggelam, nelayan itu mendekat dan memberikan bantuan dengan melempar makanan seadanya yang ia bawa melaut. Kemudian, para imigran Rohingya itu ia pindahkan ke boatnya, lalu dibawanya ke daratan.
Begitu didaratkan, para imigran muslim tersebut langsung ditempatkan sementara di meunasah Desa Simpang Lhee. Spontan, banyak warga yang datang memberikan makanan dam pakaian bekas.
Kemudian, nelayan Julok melihat lagi ada enam kapal tongkang berisi banyak manusia yang terombang-ambing di perairan setempat. Lalu mereka jemput dan selamatkan oleh nelayan, Airud, dan Tim SAR Aceh Timur. Kali ini, jumlah imigrannya lebih banyak, mencapai 273 orang. Namun, hingga kemarin sore belum sempat diperinci berapa orang pria, wanita, dan anak-anak di antara mereka.
Camat Julok Zainuddin menyebutkan, para imigran tersebut kemudian langsung difasilitasi Pemkab Aceh Timur pada Rabu siang untuk diberangkatkan ke Langsa. Di kota itu, Pemkab Aceh Timur memiliki Balai Latihan Kerja (BLK). Ke tempat inilah 422 imigran itu hendak ditempatkan.
Namun, rencana penempatan itu tidak berlangsung mulus. Dikabarkan, muncul penolakan dari Pemko Langsa saat 422 imigran itu hendak ditempatkan di wilayah mereka. Rombongan dihadang di Ada dua alasan yang diutarakan pihak pemko. Pertama, sulit bagi mereka menerima tambahan imigran baru, mengingat Pemko Langsa saja saat ini sedang menangani 603 imigran yang duluan tiba ke kota itu.
Alasan kedua, para imigran yang sudah berhari-hari di laut itu belum tentu steril secara medis. Lagi pula, kondisi mereka yang baru didaratkan itu hampir sama dengan yang sebelumnya, yakni sakit-sakitan akibat dehidrasi selama terombang-ambing di laut lepas. Jadi, dikhawatirkan di antara mereka ada yang sakit dan rentan menular kepada warga setempat.
Amatan Serambi, 422 imigran etnis Rohingya yang diangkut menggunakan tujuh mobil jenis minibus milik Pemkab dan Polres Aceh Timur itu, berangkat dari Aceh Timur pukul 13.00 WIB. Tujuan mereka ke Gedung BLK Aceh Timur di Gampong Lhok Banie, Kecamatan Langsa Barat.
Namun, karena setiba di perbatasan Langsa dan Aceh Timur (antara Desa Birem Bayeun dan Gampong Timbang Langsa), rombongan pengungsi yang didampingi Wabup Aceh Timur, Syahrul Samaun itu dihadang oleh Satpol PP Langsa yang dibekap oleh Polres Langsa.
Akibat perdebatan itu, sejak pukul 14.30 hingga pukul 19.00 WIB, para imigran yang berada di dalam tujuh minibus itu terlihat stres dan kelelahan. Dengan kondisi lelah mereka terus menunggu di dalam minibus yang terparkir di pinggi Jalinsum, Desa Birem Bayeun, Aceh Timur.
Sedangkan Wabup Aceh Timur, Syahrul Syamaun, didampingi sejumlah pejabat pemkab membicarakan hal itu dengan Sekdako Langsa, M Syahril yang didampingi Kasatpol PP setempat. Mereka duduk bersama membahas masalah penempatan imigran itu di sebuah warung kosong, di perbatasan Langsa-Aceh Timur.
Berjam-jam lamanya, tak ada titik temu antara kedua belah pihak. Menjelang pukul 18.30 WIB barulah diperoleh kesepakatan bahwa para imigran itu boleh ditempatkan di wilayah Kota Langsa, tapi tidak di BLK, mengingat lokasinya di tengah permukiman penduduk. Sebagai alternatifnya adalah ditempatkan di eks pabrik kertas di Desa Bayeun, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur. Lokasi ini berjarak sekitar 7 km lebih dari perbatasan Langsa-Aceh Timur.
Alhasil, sekitar pukul 19.00 WIB, barulah para imigran Myanmar dan Bangladesh itu diberangkatkan ke lokasi eks pabrik kertas oleh Pemkab Aceh Timur. Puluhan anggota Satpol PP dan Polres Langsa ikut membantu mengantar mereka.
Kasi Lantaskim Imigrasi Kelas II Langsa, Fauzi SH, kepada Serambi kemarin malam mengatakan, bekas pabrik kertas yang berada di Desa Bayeun itu kini tak terpakai lagi, sehingga untuk sementara cocok dijadikan tempat penampungan para imigran. Di bekas pabrik kertas itu terdapat gedung yang bisa menampung 200 orang, lapangannya luas, tersedia pula air sumur bor dan listrik.

0 komentar:

Post a Comment