Social Profiles

Pages

Saturday 30 May 2015

Pengungsi Bangladesh Berulah di Pelabuhan Langsa


Usai Shubuh, sejumlah pengungsi asal Bangladesh nyaris berbuat ulah di lokasi penampungan Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam, Senin (25/05/2015).
Pantauan hidayatullah.com langsung di lokasi sekitar pukul 06.17 Wib, awalnya para pengungsi Bangladesh shalat Subuh berjamaah di halaman parkir selatan. Usai itu, mereka mendengarkan ceramah dari seseorang yang tampaknya digurukan.
Ceramah dilanjutkan dengan doa bersama. Dalam doa itu, sebagian jamaah menangis tersedu-sedu. Sementara sang pemimpin doa tampak berapi-api membacakan lafal demi lafal berbahasa Arab dan Myanmar.
Begitu bubar, mereka kembali ke barak, sekitar 50 meter sebelah timur tempat shalat. Belum juga semuanya masuk barak, tahu-tahu sebagian mereka tampak meributkan sesuatu. Perlahan, tensi keributan agak meninggi.
Hingga kemudian, beberapa orang pengungsi Bangladesh bergerak maju ke arah barak pengungsi Rohingya asal Myanmar. Barak Rohingya terletak sekitar 100 meter di sebelah utara barak Bangladesh.
Namun, pergerakan orang tadi langsung ditahan oleh kawan-kawannya. Sang penceramah tadi pun turun tangan, mencoba menenangkan saudara se-Tanah Air-nya.
Saat media ini mencoba meminta keterangan kepada ustadz berjanggut lebat itu, ia mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa.
La, la, la,” ujar pria yang masih berjubah itu dalam bahasa Arab plus isyarat tangan.
Melihat situasi demikian, seorang petugas polisi di depan barak Rohingya mendatangi kerumunan pengungsi Bangladesh. Setelah berkomunikasi dengan mereka, polisi bersepeda motor itu pergi. Lalu datang sejumlah petugas keamanan dari satpol PP dan seorang tentara. Petugas lain ada yang membawa tongkat kayu untuk jaga-jaga. Beberapa orang Rohingya tampak memperhatikan situasi dari depan barak mereka.
Komunikasi antara petugas dengan pengungsi Bangladesh kembali terjalin. Petugas tampaknya mengkhawatirkan mereka akan menyerang pengungsi Myanmar. Dengan campuran bahasa isyarat dan Inggris sekadarnya, orang-orang Bangladesih tadi disuruh tenang dan berbalik. Mereka pun, juga dengan bahasa isyarat, menyangkal akan melakukan kekerasan.
No, no, no!” ujar pria “yang digurukan” kepada petugas, maksudnya tidak ada perkelahian.
Saat awak media ini turut mengajak mereka untuk tenang, mereka pun tersenyum. Sebagian bahkan langsung membicarakan soal sarapan. “Makan, makan!” ujar beberapa pria Bangladesh dengan logat asing.
Gara-gara Air Panas
Berdasarkan informasi yang dihimpun hidayatullah.com, keributan singkat tadi dipicu masalah sepele, yaitu air panas.
Water hot, water hot,” ujar sebagian mereka dalam bahasa Inggris ala kadarnya, dengan maksud minta air panas kepada petugas.
“Air panas di tempat mereka habis. Mereka minta jatah. Orang Bangladesh memang begitu. Kalau dibiarkan bisa-bisa tukang masak air (di dapur umum) disikat,” terang seorang petugas yang menutupi namanya.
Keributan berakhir sekitar pukul 06.30 Wib setelah mereka berembug. Petugas pun mengantar tiga orang Bangladesh mengambil air di dapur umum. Dapur ini terletak di samping barak Rohingya.
Seorang petugas keamanan setempat mengaku, kejadian seperti itu tidak sering terjadi. Selama ini, pengungsi Bangladesh memang dikenal agak susak dikontrol. Olehnya, di depan barak mereka dipasang pagar kawat polisi. Berbeda dengan pengungsi Muslim Rohingya. Hubungan antara dua kubu pengungsi itu tidak baik.*

0 komentar:

Post a Comment